Bagi beberapa orang secangkir kopi memiliki arti tersendiri. Bahkan kopi menjadi sebuah penghasilan untuk masyarakat Indonesia. Penghasilan ini sudah mencakup dari perekonomian kecil, menengah dan tinggi. Nilai ekonomi dari kopi bukan hanya kekayaan manusia dan investasi bisnis, namun juga kekayaan alam. Sebut saja, secangkir kopi di rumah, toko lokal di kota, toko pinggir jalan, toko keliling, kafe, restoran, dan hotel.
Dari secangkir kopi saja kita sudah bisa menciptakan produk-produk. dari produk kopi bubuk, biji kopi, olahan kopi, sachet dan kopi siap minum dalam kemasan kaca. Lihat saja secangkir kopi juga bisa menciptakan lapangan kerja bagi rakyat Indonesia, mulai dari petani, pengepul atau pedagang (green trader), pedagang, peminum kopi (coffee Warmers), pencicip kopi (coffee cuppers), dan barista. Tentu saja hal ini memunculkan pedagang kopi keliling atau burung jalak. Dari kopi juga bisa membuat beberapa karya kreatif seperti Film, aksesoris, gambar dan video, hingga seni lelehan kopi, seni berbahan dasar biji kopi, hingga perjalanan terstruktur yang memadukan alam dan cita rasa makanan. YouTuber bahkan bisa menemukan sebuah ide dari secangkir kopi dan sebiji kopi. Yang mempertontonkan berbagai video latihan atau tutorial membuat kopi dan memperlihatkan kopi dari berbagai daerah Indonesia.
Adrian van Ommen pemimpin kapal dagang Belanda dari Malabar India pada 1696, membawa kopi arabika dan ditanam di Pulau Jawa. Sejak saat itu perjalanan kopi di Indonesia mengalami jatuh bangkit. Hingga 2019 kopi menemukan jalan untuk tetap hidup. Bangganya kopi berjaya membawa Indonesia menjadi negara produsen kopi terbesar keempat di dunia. Bahkan kopi Indonesia telah menampaki jalanya pada beberapa negara yaitu Amerika Serikat, Jerman, Malaysia, Italia, Mesir, dan Jepang.
International Coffee Organization (ICO) menyebutkan produksi kopi Indonesia pada tahun 2019 sebanyak 565.000 ton dan konsumsi kopi dalam negeri sebanyak 288.000 ton. ICO juga menyebutkan konsumsi Indonesia meningkat sebesar 44 persen dalam sepuluh tahun terakhir (Oktober 2008-September 2019). Konsumsi kopi per kapita Indonesia sebesar 1,13 kilogram per tahun. Tak heran jika pasar kopi berkembang hampir di seluruh wilayah pulau.
Toffin melakukan riset dan menemukan hasil yang memberikan jalan keluar melalui barang dan jasa di industri hotel, restoran, dan kafe memperlihatkan terdapat 2.950 kedai kopi di Indonesia pada Agustus 2019. Jumlah data tersebut melambung tinggi hampir sekitar tiga kali lipat dari pada tahun 2016 yang hanya sekitar 1.000 gerai. Penjualan produk kopi siap minum (RTD) terus tumbuh. Euromonitor mengatakan, penjualan eceran kopi RTD di Indonesia sebanyak 50 juta liter pada tahun 2013. Akan tetapi meelambung tinggi menjadi sekitar 120 juta liter pada tahun 2018. nilai pasar bisnis kedai kopi di Indonesia sebesar Rp 4,8 triliun per tahun. Angka itu di dapatkan dari menghitung banyaknya toko kopi yang tercatat hingga kini dengan perkiraan rata-rata penjualan per toko sebanyak 200 cangkir setiap harinya dan harga kira-kira kopi Rp 22.000 per cangkir.
Dari hasil riset Toffin, memperlihatkan bahwa kopi tidak hanya menjadi santapan para orang dewasa saja. Akan tetapi, bahkan generasi muda pun suka meminum kopi. Mereka mencari kedai kopi yang menawarkan kopi siap minum dengan harga ramah kantong untuk para generasi muda. Sekitar tahun lalu, 40% generasi muda membeli kopi dan meminumnya yang berasal dari kedai kopi yang menawarkan harga ramah kantong bagi mereka. Dari perkiraan pembelanjaan kopi sebesar Rp 200.000 per bulan.
Meminum kopi pun menjadi sebuah kebiasaan dari tahun ke tahun dan akhirnya menciptakan sebuah sejarah manjang bagi negara Indonesia. Dari kopi menjadikan perekonomian dan kreatifitas para produsen kopi. Perekonomian cangkir kopi harus dijaga dan terus ditingkatkan (fapz).
Sumber : https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2020/09/18/ekonomi-segelas-kopi